Pemerintah melalui Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mulai menggeber wisata halal. Sehubungan dengan hal tersebut dibutuhkan virtual tourism untuk dongkrak pasar wisata popular halal Indonesia. Demikian dikutip dari Travel Kompas (25/9/2022).
Tujuan Virtual Tourism
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Saudagar Muslimah (PERSAMI), Siti Nur Azizah virtual tourism penting untuk membidik pasar wisata halal agar para pelancong dari wisata halal mendapatkan informasi yang jelas tentang kenyamanan selama berpesiar..
“Wisatawan dalam konteks wisata halal membutuhkan kontribusi dari virtual tourism, guna memastikan kenyamanan saat mereka menikmati pariwisata di Indonesia,” ungkap Siti Nur dalam acara Road to World Tourism Day: Rethinking Tourism, secara online, Jumat (23/9/2022) lalu.
Baca juga:
Lebih jauh, ia menjelaskan jika virtual tourism berpeluang memberikan akses kepada masyarakat untuk melihat kondisi sebuah destinasi wisata terlebih dahulu tanpa perlu langsung ke lokasi. Kondisi tersebut termasuk fasilitas ataupun atraksi serta hal menarik lainnya yang ada di suatu tempat wisata.
Masih ada salah persepsi soal wisata halal
Siti memaparkan jika selama ini masih ada salah persepsi tentang wisata halal sebagai ‘menghalalkan’ suatu tempat wisata atau membuat tempat wisata menjadi religius.
Padahal, sebenarnya wisata halal mengacu pada konsep layanan yang mengedepankan sisi kehalalan, mulai dari penyediaan makanan, hotel-hotel yang juga bersertifikasi atau memiliki standard halal dan juga kebersihan yang terjaga.
“Ini terkait dengan kebutuhan yang bisa menunjang wisatawan saat melakukan wisata, seperti tempat ibadah, arah kilat, hingga penyediaan makanan dan minuman yang halal,” tandasnya lebih jauh.
Beragam informasi tersebut merupakan aspek yang pantas ditampilkan dalam virtual tourism. Dengan demikian, calon pengunjung sudah benar-benar mendapatkan informasi terkait destinasi yang akan dikunjungi.
Dapatkan penawaran kami:
Alasan dongkrak wisata halal
Sementara itu, upaya pemerintah untuk mendongkrak wisata halal bukan tanpa alasan. Hal ini lantaran segmen wisata ini memiliki pasar yang potensial.
Setidaknya hitung-hitungan soal ini bisa terlihat dari laporan Global Islamic Economu Report pada 2019 lalu. “Berdasarkan catatan Global Islamic Economy Report tahun 2019, pengeluaran wisatawan muslim untuk makanan dan minuman halal, belanja kosmetik halal serta wisata ramah muslim dan gaya hidup halal, mencapai 2,02 triliun dollar AS, ini adalah peluang pasar,” jelasnya.
Berkaca pada laporan tersebut, maka hal-hal yang perlu dipersiapkan dan ditingkatkan diantaranya berkaitan dengan penyajian makanan halal hingga ketersediaan hotel dengan fasilitas ramah muslim.
Selaras dengan hal tersebut maka, diperlukan inovasi dan adaptasi melalui pelaksanaan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability) dengan konsep halal untuk para pelaku perjalanan wisata halal.
Siti juga menyoroti jika kolaborasi diperlukan untuk mengembangkan pasar wisata halal di Tanah Air. ‘Perlu kolaborasi untuk mempersiapkan berbagai kelengkapan yang diperlukan guna mengembangkan potensi wisata halal Indonesia, mulai dari regulasi, sumber daya manusia, atraksi hingga fasilitas pendukung,” sebutnya. (y)