Kemenparekraf mulai menggeber wisata ramah muslim. Salah satu langkah untuk menindaklanjuti hal tersebut dilakukan dengan meluncurkan buku panduan pariwisata ramah muslim pada (21/9) lalu yang digelar dalam acara bertajuk Islamic Day 2022. Ada yang yang perlu dicatat dalam hal ini, yaitu wisata ramah muslim beda dengan wisata religi.
Konsep wisata ramah muslim
Wisata ramah muslim beda dengan wisata religi. Penyebutan wisata ini mengacu pada konsep penyediaan fasilitas penunjang bagi wisatawan muslim untuk memenuhi kebutuhan dan kewajibannya. Sebut saja seperti ketersediaan tempat ibadah, tempat wudhu, juga toilet yang bersih. Penyediaan makanan halal dalam kegiatan wisata juga menjadi poin penting dalam wisata ramah muslim.
“Jadi kebutuhan fasilitasi itu di semua tempat yg dilalui oleh aktivitas wisatawan muslim. Mulai dari bandara, stasiun, pelabuhan, hingga terminal bus. Kemudian di hotel atau penginapan, kemudian di tempat-tempat makan. Kemudian di daya tarik atau objek wisatanya. Kemudian di spa karena ini udah menjadi kebutuhan juga. Kemudian di mal, karena semua orang pasti belanja, dan di moda transportasi,” kata Senior Consultant Amicale Lifestyle International Hafizuddin Ahmad dalam acara Islamic Digital Day 2022, Rabu (21/9) seperti dikutip dari travel detik.
Lebih jauh, ia menerangkan jika destinasi wisata ramah muslim itu beragam, termasuk pula wisata alam, wisata buatan, juga wisata budaya. “Jangan kita persepsikan bahwa wisata ramah muslim itu wisata religi. Objek wisata alam, buatan, budaya itu juga masuk wisata ramah muslim,” imbuhnya.
Fasilitas wisata ramah muslim bisa untuk semua orang
Sementara itu, mempertegas bahwa wisata ramah muslim beda dengan wisata religi, Direktur Industri Produk Halal KNEKS Afdhal Aliasar kepada media menambahkan kalau fasilitas wisata ramah muslim itu bersifat inklusif atau bisa dinikmati semua orang. Artinya, bukan saja muslim yang bisa menikmati layanan tersebut, tetapi juga semua wisatawan lain. “Tentu kita perlu kita ingat makanan halal, kebersihan, dan segala macam ini sifatnya inklusif. Tidak hanya untuk muslim travel, tapi semua, siapapun itu sangat membutuhkan dan bisa menikmati itu dengan baik,” terangnya.
Wisata ramah muslim beda dengan wisata religi lantaran dalam hal ini tidak ada pengistimewaan terhadap umat muslim. Hal ini diterangkan oleh Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Baparekraf Rizki Handayani. Sejalan dengan yang disampaikan Aliasar, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Baparekraf, Rizki Handayani menjelaskan jika konsep wisata ramah muslim lebih pada soal fasilitas.
“Jadi bukan pengelompokan. Ini memang baiknya di seluruh Indonesia ini ada, tersedia. Bukan melihat istimewanya wisatawan muslim atau apa. Tidak apa-apa kalau tidak mau menyiapkan, tapi kemudian kan ada kekurangnyamanan bagi wisatawan muslim ketika melakukan perjalanan karena tidak tersedianya (fasilitas),” terangnya. (y)