Asal Usul Kapal Pinisi – Kapal pinisi adalah kapal yang dilengkapi layar, tiang, dan tali. Kapal Berukuran besar ini tidak diragukan lagi populer di Indonesia. Kapal Pinisi berasal dari Pulau Sulawesi.
Meski populer, banyak Masyarakat Indonesia yang tidak Mengetahui latar Belakang terciptanya kapal ini. Jadi, jika Anda Penasaran asal usul kapal Pinisi, baca artikel ini sampai selesai, ya!
Asal Usul Kapal Pinisi
Kapal pinisi berasal dari Suku Bugis di Sulawesi Selatan. Suku Bugis yang Bermukim di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Terkenal dengan Kepiawaiannya mengarungi lautan Nusantara dan dunia.
Meski banyak orang yang percaya bahwa kapal yang menggunakan sistem pinisi ini sudah ada sejak abad ke-14, namun belum ditemukan bukti yang Menguatkan klaim Tersebut.
Di sisi lain, Penelitian Menemukan bahwa kapal Pangeran Sawerigading, yaitu kapal Welenrengnge, dimanfaatkan untuk Berlayar ke Berbagai tempat, tapi bukan jenis pinisi.
Menurut tradisi Setempat, Raja Tallo memberi nama kapal tersebut pinisi, yang merupakan gabungan dua kata, picuru, yang berarti “teladan yang baik”, dan binisi, yang mengacu pada spesies ikan kecil yang lincah.
Namun ada pula yang Berpendapat bahwa nama kapal tersebut berasal dari bahasa Bugis, tepatnya panisi yang artinya sisip.
Kapal Pinisi ditemukan pada akhir abad Kesembilan belas, menurut Beberapa catatan sejarah. Sementara itu, seorang perajin dari Desa Ara dan Lemo-Lemo di Sulawesi Selatan Menciptakan pinisi asli Sulawesi pertama pada tahun 1906.
Kapal ini Menggunakan sistem layar pinisi, dengan tujuh atau delapan layar pada dua tiang berdiri di depan dan Belakang. Meski begitu, metode layar pinisi ini tidak Sepenuhnya baru. Namun, sistem ini meniru sistem Pelayaran Schooner-ketch Eropa.
Hanya sedikit orang yang Menyadari bahwa kapal pinisi dibuat dengan cara yang sangat unik. Jadi, kapal pinisi dibuat melalui ritual Sederhana yaitu Memotong lunas.
Lunas adalah Komponen kapal yang paling Mendasar. Ritual ini Memerlukan siapkan Berbagai macam makanan, antara lain jajanan manis dan ayam jago putih. Jadi Bagaimana sudah paham Mengenai asal usul kapal Pinisi?
Baca juga:
Fakta dan Mitos tentang Kapal Pinisi yang Sering Disalahpahami
Siapa yang tak kenal Kapal Pinisi? Kapal layar Terkenal asal Bulukumba ini diakui Kemampuannya Mengarungi Ganasnya lautan samudra.
Yang lebih luar biasa lagi, pada tahun 2017, UNESCO Menobatkan Pembuatan kapal Pinisi sebagai Karya Agung Warisan Manusia yang Lisan dan Tak Benda pada 2017.
Namun, meski Cemerlang, Kesalahpahaman Mengenai asal usul kapal Pinisi masih ada dalam ingatan budaya. Apa itu? Simak ulasan Selengkapnya di bawah ini:
1. Kapal Pinisi menelan biaya Miliaran Rupiah
Harga kapal Pinisi ditentukan oleh ukuran dan model yang disukai Pelanggan. Kisaran Harganya mulai dari 3 miliar rupiah hingga puluhan miliar.
2. Kapal Pinisi baru berdiri pada abad ke-20, bukan ratusan tahun lalu
Setidaknya ada tiga mitos seputar asal usul kapal Pinisi. Pertama, kisah Sawerigading yang diklaim Menggunakan kapal Pinisi untuk Berlayar dari Luwuk ke Daratan Tiongkok untuk mencari jodoh. Kisah ini konon Didokumentasikan dalam Epos La Galigo.
Namun, Berbagai Penelitian Menunjukkan bahwa semua asumsi di atas tidak benar. Menurut Penelitian Leibner yang dipresentasikan pada Simposium tahun 2016, kapal dalam dokumen La Galigo diberi nama waka, padewakang, atau wakka Welenrengnge.
Sebenarnya tidak ada satupun kata Pinisi yang muncul dalam sureq La Galigo, dan daratan Tiongkok yang dimaksud adalah Ale Cina, sebuah wilayah di pesisir selatan Sulawesi yang Sebenarnya bukan Tiongkok.
Narasi kedua adalah tentang pelaut zaman dahulu Bontobahari yang Berhasil Berlayar ke Venesia, Italia. Kota tersebut kemudian Menginspirasi mereka untuk menamai Kapalnya Pinisi.
Sebenarnya kapal Pinisi tidak pernah Tercatat dalam catatan dan arsip Perusahaan Hindia Timur Belanda sebelum Pemerintahan Kolonial, dan tidak ada kapal Sulawesi yang pernah singgah di Pelabuhan Venesia, Italia.
Narasi ketiga tentang I Manyingarang Dg Makkelo, seorang raja Tallo yang menamai Kapalnya “Pinisi” pada abad ke-17.
Kata “Pinisi” pertama kali muncul dan Mendapatkan Popularitas pada Pergantian abad ke-20. Sejak saat itu, Terdapat upaya lain untuk Menjelaskan asal usul kata “pinisi” (Leibner, 2016).
3. Kata Pinisi merujuk pada sejenis layar, bukan kapal
Pinisi adalah nama sejenis layar, bukan kapal seperti Anggapan banyak orang. Merupakan jenis layar yang dalam Kosakata maritim dikenal dengan nama “Schooner Ketch” atau “Schooner” dan diterjemahkan sebagai sekunar dalam bahasa Indonesia.
Kapal jenis “Palari” yang Mempunyai dua tiang dan dua kemudi adalah sebutan untuk kapal yang paling sering Menggunakan layar jenis “Pinisi”.
Bentuk kapal lainnya adalah “Lambo” yang merupakan varian modern dari kapal Palari yang Bermesin motor atau diesel, Khususnya pada Produksi kapal pasca 1975. Belum ada catatan jelas kapan sekunar jenis ini Berganti nama menjadi kapal Pinisi.
Namun dalam kosa kata Bugis, Ungkapan panisi (berarti “sisip”) atau Mappanisi (berarti “Menyisipkan”) mengacu pada proses Mendempul kayu untuk Pembuatan kapal (lopi). Kata panisi kemudian diubah menjadi hal pinisi. Asal usul kapal Pinisi cukup menarik bukan, Travela?
4. Pinisi tidak berasal dari Bulukumba
Kapal layar Pinisi adalah kapal Tradisional yang diperkirakan berasal dari Bulukumba, lebih Spesifiknya Tanah Beru, Kecamatan Bonto Bahari.
Bahkan ketika kita mengetik pinisi di KBBI, penjelasannya hampir sama, yaitu menggambarkan kapal Pinisi sebagai kapal khas dari Sulawesi. Benar, jika bertanya di mana letak kapal layar Pinisi, jawabannya saat ini berpusat di daerah Ara, Lemo-Lemo, dan Tanah Beru di Bulukumba.
Faktanya, para pelaut dari daerah ini sudah lama dikenal sebagai pembuat kapal yang terampil (Panrita Lopi), seperti yang didokumentasikan seabad yang lalu di surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad pada tahun 1939.
Layar Pinisi (Schooner Ketch) berasal dari Eropa, dimana pelaut Bugis-Makassar, khususnya suku Bulukumba, mengadopsinya. Yang berbeda adalah cara menggulung layarnya.
Layar sekunar Eropa digulung ke atas, sedangkan layar Pinisi digulung memanjang ke arah depan. Bagaimana sudah memahami asal usul kapal Pinisi?
5. Tradisi dan Sistem Pembuatan Kapal Pinisi yang Diakui Secara Internasional
Para pembuat kapal Pinisi profesional (Panrita Lopi) memiliki pemahaman yang luas tentang pelayaran dan perkapalan. Keahlian dan reputasi pembuatan kapal mereka sudah mendapat pengakuan internasional.
Industri kapal Bontobahari dibedakan dengan sistem pembuatan kapal yang kompleks dan konsisten, khususnya pada lambung kapal (Fitria, 2021).
Menariknya, mereka bisa memadukan pengetahuan bahari terkini dengan sentuhan kearifan lokal (local genius) dalam proses pembuatan kapal.
Seorang Panritta Lopi (pembuat kapal) minimal harus melakukan lima ritual adat, yakni:
- Upacara Appasili (Tolak Bala) Pembacaan Barazanji
- Upacara Ammosi (Pemberian pusar)
- Upacara Anyorong Lopi (Tahap lepas landas di laut lepas)
- Upacara Penebangan Lunas (Annakbang kalabiseang)
- Upacara Menyambung Lunas (Annatta)
Selain keahlian lokal, Panritta menggunakan tradisi lisan untuk membuat struktur kapal.
Antonia Soriente (2019) menjelaskan bahwa tradisi lisan memegang peranan penting dalam proses pembuatan kapal Pinisi. Tradisi ini bisa diadaptasi menjadi rencana pembuatan kapal dalam ingatan seseorang.
Menariknya, keterampilan ini sudah diturunkan dari generasi ke generasi. Oleh sebab itu, Panritta Lopi bukanlah posisi yang cocok untuk semua orang. Asal usul kapal Pinisi memang menarik untuk dipelajari.
Yuk baca informasi menarik lainnya:
- Usul JK Soal Tiket Komodo: Turunkan Ke Rp 1 Juta
- Desa Pocong, Apakah Tempatnya Seserem Namanya?
- Tempat Healing Sulawesi Selatan | 14 Destinasi Populer Makassar
6. Pelayaran bersejarah Kapal Pinisi menuju Benua Amerika
Phinisi Nusantara adalah kapal layar Pinisi yang memperoleh pengakuan internasional pada ajang Vancouver Expo 86.
Melansir laman Lipi Oceanography, awalnya banyak tanggapan sinis dari berbagai pihak. Bahkan media nasional menggambarkan pelayaran kapal Phinisi Nusantara sebagai proyek pelayaran peti mati.
Namun pada akhirnya, kapal Phinisi Nusantara mewujudkan rencana tersebut dengan indah, menepis semua keraguan sebelumnya. Laksamana Sudomo memulai ekspedisi melintasi Samudera Pasifik pada tanggal 9 Juli 1986, dari pelabuhan Muara Baru di Jakarta.
Kapal tersebut kemudian dinahkodai oleh Kapten Gita Ardjakusuma, mantan perwira TNI-AL. Ekspedisi ini memakan waktu 69 hari dari Jakarta ke Vancouver (Kanada) melalui Honolulu (Hawaii), menempuh jarak kurang lebih 11.000 mil.
Itu dia informasi mengenai asal usul kapal Pinisi, sejarah, dan fakta-faktanya, semoga bermanfaat, ya!